Jumat, 13 Oktober 2017

ANALGETIKA - NARKOTIKA (resume)



ANALGETIK NARKOTIK, AGONIS DAN ANTAGONIS ANALGETIK

Analgetika adalah senyawa yang dapat menekan fungsi saraf pusat secara selektif dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.
Analgetika digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran.
Analgetika adalah senyawa yang dapat menekan fungsi saraf pusat secara selektif dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.
Analgetika digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. 


Gambar 1. Struktur senyawa analgetik

Analgetika narkotik dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif sehingga berguna untuk mengurangi rasa sakit karena: penyakit kanker; serangan jantung akut; sesudah operasi; kolik usus/ginjal.

Efek samping : euforia; ketergantungan fisik dan mental, konstipasi, kontraksi pupil, nausea dan toleransi.
Kelebihan dosis dpt menyebabkan kematian karena terjadi depresi pernafasan.

Analgetika mempunyai karakteristik sebagai sebagai berikut :
 a. Mempunyai suatu atom pusat (C atau N) yang       tidak mengikat atom H.
 b. Pada  atom pusat ini langsung mengikat cincin aromatik
 c. Suatu basa yang terikat pada atom pusat  dengan perantaraan 2 atom C. 

RESEPTOR OPIAT
 Dua penta-peptida yang menyebabkan aktivitas senyawa opioid, yakni:
   Tyr-Gly-Gly-Phe-Met-OH ( Met-enkephalin)  dan 
   Tyr-Gly-Gly-Phe-Leu-OH ( Leu-enkephalin).

RESEPTOR
Umumnya , aksi opioid pada reseptor  mu-, delta-, dan kappa- pada neuron CNS menghasilkan:
Analgesia melalui pembebasan transmiter neural yang diturunkan.

Tabel 1. Reseptor
reseptor opioid delta sebagai  reseptor OP1,
reseptor opioid kappa sebagai reseptor OP2
reseptor opioid mu sebagai reseptor OP3.



Contoh obat yang bersifat agonis terhadap reseptor Mu Opioid
 Morfin
Sufentanil




Contoh obat yang bersifat antagonis terhadap reseptor Mu Opioid
Naloxone
Naltrexone
Ciprodime



Contoh obat yang bersifat agonis terhadap reseptor Kappa Opioid
(±) Ethylketazocine
(±) bremazocine


Contoh obat yang bersifat agonis terhadap reseptor Kappa Opioid
(±) nor-binaltorphimine



Contoh obat yang bersifat antagonis terhadap reseptor Delta
Naltrindol (X=NH)
Baltiben (X= O)


Sampai sekarang morfin merupakan analgetika yang paling kuat. Morfin diperoleh dari opium yang berasal dari getah kering tan. Papaver somniferum. Opium mengandung kurang lebih 30 alkaloida, antara lain : morfin, kodein, noskapin, papaverin, tebain dan narsein. 


Gambar opium

2 tipe yang penting dari opium yaitu tipe :
    a. fenantren (morfin)   yang mempunyai aksi pada
        susunan saraf pusat
    b. benzil isokinolin (papaverin)  yang mempunyai aksi
         sebagai  antispasmodik otot polos.
Mekanisme kerja :
Efek analgetika karena adanya pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel dalam otak dan spinal cord.
Rangsangan ini juga menimbulkan efek euphoria dan perasaan mengantuk.

reseptor turunan morfin mempunyai 3 sisi untuk menimbulkan aktivitas analgetika, yaitu :
a.       Struktur bidang datar yang mengikat cincin aromatik obat melalui ikatan van der Waals.
b.      Tempat anionik yang mampu berinteraksi dengan pusat muatan positif obat
c.       Lubang dengan orientasi yang sesuai untuk menampung bagian –CH2 dari proyeksi cincin piperidin yang terletak di depan bidang yang mengandung cincin aromatik dan pusat dasar.

Hubungan antara struktur dan aktivitas turunan morfin:
a.       Eterifikasi dan esterifikasi gugus hidroksi fenol akan menurunkan aktivitas analgetik meningkatkan aktivitas anti batuk dan meningkatkan efek kejang
b.      Eterifikasi, esterifikasi, oksidasi atau penggantian gugus hidroksil alcohol dengan halogen atau hidrogen dapat meningkatkan aktivitas analgetik, meningkatkan efek stimulan, tetapi juga meningkatkan toksisitasnya.
c.       Pengubahan gugus hidroksil alkohol dari posisi 6 ke posisi 8 menurunkan aktivitas analgetik secara drastis.
d.      Pengubahan konfigurasi hidroksi pada C6 dapat meningkatkan aktivitas analgetik.
e.      Hidrogenasi ikatan rangkap C7-C8 dapat menghasilkan   efek yang sama atau lebih tinggi  dibanding morfin.
f.        Substitusi pada cincin aromatik akan mengurangi  aktivitas analgetik.
g.       Pemecahan jembatan eter antara C4 dan C5 akan  menurunkan aktivitas.
h.      Pembukaan cincin piperidin menyebabkan penurunan  aktivitas.
i.         Demetilisasi pada C17 dan perpanjangan rantai alifatik yang terikat pada atom N  dapat menurunkan aktivitas.
j.        Adanya gugus alil pada atom N menyebabkan  senyawa bersifat antagonis kompetitif.



Menurut Beckett dan Casy, reseptor turunan morfin mempunyai 3 sisi untuk menimbulkan aktivitas analgetika, yaitu :
a. Struktur bidang datar yang mengikat cincin aromatik obat melalui ikatan van der Waals.
b.Tempat anionik yang mampu berinteraksi dengan pusat muatan positif obat
c. Lubang dengan orientasi yang sesuai untuk menampung bagian –CH2 dari proyeksi cincin piperidin yang terletak di depan bidang yang mengandung cincin aromatik dan pusat dasar.


PERTANYAAN


1.       Bagaimana jika analgetik tanpa aturan dosis yang tepat?

2.       Bagaimana cara memilih obat analgetik yang paling tepat, terutama golongan opioid?

3.       Apa perbedaan reseptor     Tyr-Gly-Gly-Phe-Met-OH ( Met-enkephalin)  dan     Tyr-Gly-Gly-Phe-Leu-OH ( Leu-enkephalin).

4.       Bagaimana mekanisme kerja dari salah satu obat morfin?

5.       Bagaimana pengaruh atau interaksi obat analgetik dengan obat-obat lain?

6.       Bagaimana pasangan reseptor menurut Beckett dan casy terhadap struktur analgetik morfin?

7.       Bagaimana indikasi dan efek samping obat-obat analgetik opioid?

8.       Apa contoh obat yang bersifat agonis dan antagonis terhadap reseptor Mu opioid?

9.       Apa contoh obat yang bersifat agonis dan antagonis terhadap reseptor kappa opioid?

10.   Apa contoh obat yang bersifat agonis dan antagonis terhadap reseptor delta opioid?


15 komentar:

  1. menurut pendapat saya jawaban nomor 1 apabila diberikan dosis yang kurang tepat akan menyebabkan over dosis. Nah efek samping yang akan dialami pasien yaitu ketergantungan dan menyebabkan fly selain itu bisa menyebabkan kerusakan pada orngan tertentu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jika dosia yang digunakan memang tidak tepat mungkin saja dapat terjadi OD,namun kalimat tanpa aturan dosis yang tepat ini bisa saja dosis yang dikonsumsi tidak memenuhi konsentrasi minimal sehingga tidak memberikan efek farmakologis apapun

      Hapus
    2. hal ini berarti pengobatan akan sia sia ya winda kalau efek terapetik tidak tercapai , sehingga perlu disesuaikan dosis berdasarkan saran dokter

      Hapus
  2. jawaban no 7 Berbagai analgesik opioid memiliki banyak efek samping yang sama walaupun ada perbedaan kualitatif dan kuantitatif. Yang paling sering, diantaranya mual, muntah, konstipasi, dan rasa mengantuk. Dosis yang lebih besar menimbulkan depresi napas dan hipotensi. Overdosis, lihat Perawatan Darurat pada Keracunan.

    BalasHapus
  3. menurut pendapat saya, pertanyaan no 2 untuk pemilihan analgetik yang tepat yaitu berdasrkan efek terapi yang diinginkan, selain itu pemilihan obat juga disesuaikan dengan dengan kondisi fisiologis pasien, penyakit yang diderita, ataupun obat-obat yang akan dikonsumsi bersamaan dengan analgetik. Untuk penggunaan analgetik opioid itu sendiri sebaiknya digunakan untuk meredakan nyeri yang sangat hebat yang tidak bisa ditanggulangi oleh analgetik non narkotik, dan penggunaan analgetik opiod ini harus berdasarkan resepdan dibawah pengawasan dokter

    BalasHapus
  4. saya ingin menambahkan jawaban dari hesty adapun indikasi dari opioid diidentifikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid.

    BalasHapus
  5. Saya akan mencoba menjawab soal nomor 9, contoh obat yang bersifat agonis pada reseptor kappa adalah pentazosin dan nalbufin. Kalau agonis lemah contohnya morfin. Kemudian contoh obat yang bersifat antagonis terhadap reseptor kappa adalah nalokson

    BalasHapus
  6. Hi diah, menurut artikel yng saya baca
    Contoh obat yang bersifat agonis terhadap reseptor Delta
    DADLE, nor-OMI, DPDPE

    Contoh obat yang bersifat antagonis terhadap reseptor Delta
    Naltrindol (X=NH)
    Baltiben (X= O)

    BalasHapus
  7. Saya akan membantu menjawab pertanyaan no 7
    Beberapa efek samping fentanyl sebagai analgetik opioid yang umumnya terjadi adalah:
    Mual.
    Konstipasi umumnya. Tapi beberapa orang diare.
    Gangguan pernapasan.
    Berkeringat.
    Mulut kering dan sariawan.
    Ruam kulit yang gatal.
    Mengantuk.
    Kelelahan dan pusing.
    Sakit perut.
    Perubahan mood.
    Sakit kepala.
    Iritasi lokal di sekitar plaster.

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  9. Saya akan menambahkan jawaban no 4.
    mekanisme kerja morfin yaitu berikatan dengan receptor opioid pada SSP,menghambat jalur nyeri ,mengubah persepsi dan respon terhadap sakit menghilangkan depresi umum SSP

    BalasHapus
  10. Saya akan menambahkan jawaban no 4.
    mekanisme kerja morfin yaitu berikatan dengan receptor opioid pada SSP,menghambat jalur nyeri ,mengubah persepsi dan respon terhadap sakit menghilangkan depresi umum SSP

    BalasHapus
  11. Saya ingin coba menjawab nomor 4, salah satu obat jenis morfin adalah naloxon hcl. Naloxon Hcl memiliki Mekanisme obat dalam mengatasi dan pengatasan nyeri : Mekanisme yang pasti dari aktivitas antagonis opiat dari nalokson tidak diketahui dengan pasti. Nalokson kemungkinan berperan dalam antagonis kompetitif pada reseptor opiat Âμ, K, dan S pada sistem saraf pusat; diperkirakan nalokson mempunyai afinitas tertinggi terhadap reseptor Âμ

    BalasHapus
  12. Apabila pada penggunaan obat tanpa aturan dosis yang tepat dapat menimbulkan efek samping yg berbahaya, dan dapay menimbulkan efek ketergantungan pada obat tersebut

    BalasHapus
  13. Contoh obat dengan reseptor delta opiod adalah euphoria

    BalasHapus