Minggu, 08 Oktober 2017

mengenal efek samping isoksuprin vs nifedipin



Isokruprin adalah suatu obat fenetanolamin sintetik dari golongan beta mimetic yang bekerja sebagai vasodilator. Sturktur  kimia dari Isoksuprin yaitu:


Isoksuprin merupakan obat vasodilator yang memiliki daya rekasan terhadap otot polos.  Isoksuprin bekerja pada reseptor alfa dan reseptor beta pada organ-organ termasuk uterus. Reseptor beta dibagi menjadi reseptor beta 1 yang terdapat pada  jantung dan reseptor beta dua yang terdapat pada uterus. Rangsangan reseptor beta ini menyebabkan terjadi eksitasi.
Sebagai vasodilator, isoksuprin dapat menyebabkan terjadinya relaksasi otot uterus. isoksuprin bekerja dengan cara menstimulasi adenil siklase pada sel myometrium.  Proses ini menyebabkan terhambatnya keberadaan Calsium bebas pada intraseluler yang diperlukan dalam aktivasi MLCK. MLCK berperan dalam mekanisme phosporilasi miosisn aga dapat berinteraksi dengan aktim membentuk aktomiosin yang dapat menimbulkan kontraksi. Sehingga dengan berkurangnya kadar Calsium pada intraseluler menyebabkan isoksuprin dapat merelaksasi uterus. Karena obat ini dapat bekerja pada tingkat system kontraktilitas intra seluler, maka isoksuprin dapat digunakan sebagai tokolitik untuk kontraksi otot uterus dengan berbagai penyebab.  Sehingga bila diberikan secara menerus akan berakibat hilangnya efek penghambatan kontraksi uterus.
Berdasarkan mekanisme tersebut, isoksuprin dapat menimbulkan efek samping:
a.       Terhadap system kardiovaskuler
Peningkatan dosis isoksuprin dapat berakibat pada peningkatan denyut jantung dan kontraktilitasnya.  Hal ini disebabkan oleh stimulasi khronotropik dan inotropic pada miokardium dan vasodilatasi pembuluh darah tepi. Penurunan efek denyut jantung akan terlihat pada awal pemberian obat dan semakin melemah atau menurun jika terapi dilakukan dalam jangka panjang.
Keluhan subjektif yang paling sering dijumpa dapat berupa palpitasi, tremor ringan, mual, muntah dan nyeri kepala.
Palpitasi dan taikardi merupakan konsekuensi efek kardiak preparat betamimetik sedaangkan efek samping yang lain merupakan akibat dari gangguan metabolism. Pengaruh lan dari preparat adalah timbulnya edema paru akibat tingginya tekanan hidostatik. Naiknya tekanan hidrostatik ini disebabkan oleh peningkatan curah jantung dan terjadinya perubahan pada pembuluh darah. Timbulnya konstipasi juga dilaporkan karena terjadi hambatan kontraksi otot polos system pencernaan (digestif).

b.      Terhadap janin
Pemberian isoksuprin dapat menyebabkan janin mengalami takikardi, hipotensi. Sedangkan keracunan isoksuprin HCl dapat mengakibatkan hipoglikemia ileus dan bahkan hingga kematian janin. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh dilatasi pada system veskuler perifer, sehingga terjadi vasodilatasi sirkulasi uteroplasenter dengan mengkatnya perfusi.

Pemberian dosis isoksuprin peroral untuk orang dewasa adalah 10 – 20 mg untuk 3 atau 4 kali tiap hari.
Penyimpanan tablet isoksuprin dilakukan pada suhu <40 derajat,  suhu paling baik adalah pada 15 – 30 derajat.
Farmakokinetik:
Absorbs isoksuprin terjadi dari traktus gastrointestinal. Setelah pemberian secara peroral, konsentrasi puncak di plasma terjadi setelah 1 jam dan dipertahankan sekitar 3 jam.
Waktu paruh yang diperlukan obat dalam plasma adalah 1,25 jam.
Obat isoksuprin dapat melewai plasenta dan diekskresi melalui urin.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ichtiarti (2003), dalam hal membandingkan efektivitas isoksuprin dan nifepidin dalam menghambat proses persalinan preterm diketahui bahwa isoksuprin ternyata mempunyai efek samping ke ibu dan janin nilai efektivitasnya berkurang.  Ichtiarti melakukan penelitian terhadap 22 pasien yang mendapat terapi isoksuprin dan 22 pasien yang mendapat terapi nifedipin. Hasil yang didapatkan adalah Ichtiarti (2003) menyatakan bahwa  nifedipin memiliki angka keberhasilan  sebesar 86,7% . nifedipin pun lebih efektif jika dibandingkan dengan isoksuprin dalam menghambat proses ersalinan premature dengan efek samping yang lebih minimal serta tidak mempengaruhi tekanan darah pada pasien normotensi. Dibandingkan isoksuprin, nifedipin lebih efektif mencegah proses persalinan premature selama 2 x 24 jam.


Sumber Pustaka:
Ichtiarti, Puji. 2003. Perbandingan Efektivitas Nifedipin dan Isoksuprin Dalam Menghambat Proses Persalinan Preterm. Tesis. Semarang : Program Pendidikan Dokter Spesialis I Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Unversitas Diponegoro.


PERTANYAAN



1.      Mengapa efek makin menurun jika terapi dilakukan secara jangka panjang?
2.      Bagaimana indikasi penggunaan isoksuprin?
3.      Apakah isoksuprin dapat mengalami interaksi dengan obat-obatan lain yang dapat mempengaruhi terapi yang dilakukan?
4.      Obat ini dapat diekskresi melalui plasenta, lalu bagaimana penggunaannya pada ibu hamil?
5.      Adakah pasien tertentu yang tidak bisa menerima terapi obat ini?
6.      Apa yang dimaksud tokolitik?

9 komentar:

  1. Pada penggunaan obat isokuprin vs nifedipin timbul efek samping yang disebabkan karena adanya gangguan metabolisme. Mengapa metabolisme nya dapat terganggu? Tlg dijelaskan terimakasih

    BalasHapus
  2. Kenapa nifedipin dapat dikatakan lebih baik dari pada isokuprin dari segi efek sampingnya? Ada kah hubungannya dengan struktur kimianya?

    BalasHapus
  3. Apakah isokuprin bisa digunakan untuk ibu hamil, anak dibawah 5tahun dan penderita kanker? Bagaimana kontraindikasinya?

    BalasHapus
  4. Dilihat dari struktur kimia obat Isoksuprin, gugus manakah yang bersifat toksik yang dapat menimbulkan efek samping penggunaan obat ya?
    Terimakasih

    BalasHapus
  5. No 2. Isoksuprin adalah derivat phenylethylamine dari adrenalin. Senyawa ini merupakan antagonis α-adrenoreseptor terhadap zat-zat stimulan β-adrenoseptor. Pada pemberian dengan dosis tinggi dapat menurunkan viskositas darah dan menghambat agregasi platelet. Indikasi: Kelahiran prematur, Penyakit pembuluh darah perifer, misalnya obliteran arteriosklerosis, obliteran tromboangiitis (Penyakit Buerger).

    BalasHapus
  6. No 6, setahu saya tokolitik adalah suatu efek obat yang mencegah ataupun menghentikan kontraksi pada uterus. Dimana obat-obat tokolitik sudah digunakan dengan peranan terbatas dalam pencegahan persalinan premature pada ibu hamil dengan usia kematian 24-33 minggu

    BalasHapus
  7. saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 1, efek semakin menurun apabila digunakan secara jangka panjang karena telah terjadi resistensi antara reseptor dan obat, akibatnya apabila suatu obat digunakan terus menerus dengan dosis sama, maka terjadi penurunan efek dan terjadi resistensi reseptor dan obat

    BalasHapus
  8. untuk pertanyaan nomor 2. indikasinya antara lain untuk kelahiran prematur dan Penyakit pembuluh darah perifer, misalnya obliteran arteriosklerosis, obliteran tromboangiitis (Penyakit Buerger).

    BalasHapus
  9. indikasi dari isoxsuorine menurut mims adalah Cerebrovascular and peripheral vascular disease

    BalasHapus