BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keanekaragaman
Penyebab adanya keanekaragaman adalah:
1. Faktor genetik (faktor keturunan), disebabkan oleh adanya gen yangmemberikan
sifat dasar atau bawaan dari organisme.
2. Faktor lingkungan, interaksi antara faktor genetik dan faktorlingkungan menyebabkan
keanekaragaman.
A. Keanekaragaman Gen
Ada ayam bangkok, ayam pelung, ayam buras, ayam hutan, ayambekisar, ayam kinatan,
ayam katai, ayam kampung, dan ayam cemara.Ada padi gogo, padi sedane, padi
cempaka, padi rakim, padi ketan, padipelita, padi ciliwung, padi IR, dan
lainnya. Ternyata dalam jenis yang samamasih kita temukan banyak keragaman,
baik dalam bentuk, penampilan,maupun sifat-sifatnya.Berbagai contoh di atas
merupakan bukti terdapat keanekaragamandi dalam lingkup jenis. Seluruh warga sesuatu
jenis memiliki kerangkadasar komponen genetik yang sama. Akan tetapi setiap
kerangka dasartadi tersusun oleh ribuan faktor pengatur kebakaan. Faktor inilah
yangmenentukan apakah suatu bibit jagung itu berbiji putih, kuning, merah,ungu,
atau lainnya, atau apakah seekor ayam itu akan berbulu hitam,cokelat, putih,
abu-abu, atau totol. Untuk setiap sifat yang tampak tadi,atau juga yang tidak
jelas terlihat, akan ada satu faktor pengaruhnya yang disebut gen.Sekalipun
individu-individu suatu jenis itu memiliki kerangka dasar
komponen genetik yang sama, setiap individu ternyata memiliki komponen faktor
yang berbeda-beda, tergantung pada penurunannya. Susunan perangkat faktor
genetik ini menentukan sifat yang disandang individu yang bersangkutan.
Keanekaragaman genetik suatu jenis ditentukan oleh keanekaragaman susunan
faktor genetik yang terkandung dalam jenis yang bersangkutan. Jadi,
masing-masing individu dalam suatu jenis mempunyai susunan faktor genetik yang
tidak sama dengan susunan genetik individu yang lain, meskipun dalam jenis yang
sama.
B. Keanekaragaman Jenis
Jenis merupakan suatu organisme yang dapat dikenal
dari bentuk atau penampilannya dan merupakan gabungan individu yang mampu saling
kawin di antara sesamanya secara bebas (tetapi tidak dapat melakukannya dengan
jenis lain), untuk menghasilkan keturunan yang fertil (subur). Jenisitu terbentuk
oleh kesesuaian kandungan genetik yang mengatur sifat-sifat kebakaan dengan lingkungan
tempat hidupnya. Karena lingkungan tempat hidup jenis itu beranekaragam, jenis
yang dihasilkannya pasti akan beranekaragam pula.
Proses terjadinya jenis, pada umumnya berlangsung
secara perlahanlahan dan dapat memakan waktu ribuan tahun, melalui perubahan penyesuaian
atau evolusi jenis lain yang sudah ada sebelumnya. Selanjutnya, jenis yang
terjadi ini juga mempunyai peluang untuk menjelmakan jenis-jenis yang lain. Selama
bermiliar-miliar tahun melalui proses evolusi, telah terbentuk jutaan jenis
yang berbeda-beda. Cara proses ini berlangsung mengakibatkan adanya keterkaitan
antara jenis yang satu dengan jenis yang lainnya. Keterkaitan inilah yang
disebut kekerabatan.
Keanekaragaman jenis merupakan variasi organisme
yang ada di bumi. Menurut Desmukh (1992) keanekaragaman jenis adalah
sebagaigabungan antara jumlah jenis dan jumlah individu masing-masing
jenisdalam komunitas. Bahkan secara kuantitatif keanekaragaman jenis didefinisikan
sebagai jumlah jenis yang ditemukan pada komunitas, sedang ukurannya disebut
kekayaan jenis.
Keanekaragaman atau kekayaan jenis dapat diukur
dengan berbagaicara, misalnya dengan indeks keanekaragaman. Suatu tempat
dikatakan memiliki keanekaragaman jenis tinggi bila memiliki kekayaan jenis
yang merata, misalnya:
1. Suatu tempat terdapat 3 jenis burung dan satu jenis ular, dianggap secara
taksonomi lebih beranekaragam dibanding dengan tempat lain yang mempunyai 4
jenis burung saja.
2. Suatu komunitas dengan 5 jenis burung yang berjumlah 300 individu, dengan
jumlah rata-rata 60 ekor per jenis. Sedang pada komunitas lain terdapat 5 jenis
burung dengan jumlah individu yang sama (300 ekor), tetapi rata-rata untuk
keempat burung yang pertama hanya 15 ekor, sedang jenis burung sisanya 240
ekor. Dari contoh tersebut komunitas yang memiliki rata-rata 60 ekor per jenis
burungnya dianggap lebih beranekaragam dibanding dengan komunitas yang memiliki
jumlah jenis yang tidak merata.
C. Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem merupakan suatu satuan lingkungan, yang
terdiri dari unsur-unsur biotik (jenis-jenis makhluk hidup), faktor-faktor
fisik (iklim, air, tanah), dan kimia (keasaman, salinitas) yang saling
berinteraksi satu sama lainnya. Aspek yang dapat digunakan sebagai ciri
keseluruhan. ekosistem adalah energitika (taraf trofik atau makanan: produsen, konsumen,
dan redusen), pendauran hara (peran pelaksana taraf trofik) dan produktivitas
(hasil keseluruhan ekosistem).
Ekosistem berasal dari kata oikos: rumah sendiri;
systema: terdiri atas bagian-bagian yang utuh atau saling memengaruhi. Suatu
sistem yang dibentuk di suatu daerah di mana komponen makhluk hidup dengan lingkungannya
terdapat hubungan timbal balik atau saling memengaruhi atau sebagai satu kesatuan
yang utuh. Dalam ekosistem terdapat komponen-komponen abiotik, produsen,
konsumen, dan pengurai.
Ekosistem terdiri atas perpaduan berbagai jenis
makhluk hidup dengan berbagai macam kombinasi lingkungan fisik dan kimia yang beranekaragam,
maka jika susunan komponen jenis dan susunan faktor fisik serta kimianya
berbeda, ekosistem yang dihasilkan akan berbeda pula.
Suatu tipe ekosistem tertentu akan terdiri dari
kombinasi organisme dan unsur lingkungan yang khas, yang berbeda dengan susunan
kombinasi ekosistem yang lain.
Keanekaragaman ekosistem terbentuk karena adanya
interaksi antara jenis makhluk hidup yang bervariasi dengan lingkungan yang beranekaragam.
Begitu juga variasi makhluk hidup terjadi karena beranekaragamnya faktor
genetika yang dimiliki oleh setiap individu makhluk hidup. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman hayati menunjukkan totalitas variasi
gen, jenis, dan ekosistem yang ditemukan di suatu daerah
2.2 Klasifikasi Animalia
A. Porifera
Porifera atau biasa disebut sebagai hewan berpori berasal dari kata pori yang
berarti lubang kecil dan feroyang berarti membawa atau mengandung.
1. Ciri-ciri Porifera
a. Merupakan hewan multiselluler(multi = banyak, selluler = sel).
b. Habitat di perairan terutama di air laut.
c. Tubuhnya tersusun atas jaringan diploblastik (terdiri atas 2
lapisanjaringan).
1) Lapisan ektoderm yang terdiri atas selapis sel
yang pipih yang berfungsi sebagai kulit yang disebut pinakosit.
2) Lapisan endoderm yang terdiri atas sel leher
atau koanosit.
d. Memiliki tubuh yang berbentuk seperti piala atau botol dan hidupnya bersifat
sessil atau menetap atau menempel pada substrat tertentu.
e. Reproduksi vegetatif dengan tunas atau kuncup, gemmule (kuncup dalam),
generatif dengan pembentukan sel gamet.
2. Struktur Tubuh Porifera dan Fungsinya
Pada tubuh Porifera terdapat pori-pori sebagai
jalan masuknya air yang membawa makanan, kemudian oleh flagela yang ada pada
koanosit, zat-zat makanan tadi akan ditangkap dan akan dicerna oleh koanosit
atau sel leher. Setelah makanan tercerna, oleh sel amoebosit, maka sari-sari
makanan akan diedarkan ke seluruh tubuh. Air yang sudah tidak mengandung zat-zat
yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui oskulum.
Di antara lapisan ektoderm dan endoderm terdapat rongga
yang disebut mesenkim atau mesoglea tempat dari sel amoeboid dan skleroblast
yang merupakan penyusun rangka atau spikula berada.
Porifera tidak mempunyai sel saraf. Sel-sel pada
Porifera sensitif terhadap rangsang antara lain choanocyt dan myocyt, karena
itu gerakan dari flagellum pada choanocyt tergantung pada keadaan lingkungan. Kemampuan
myocyt terhadap stimulus adalah gerakan mengkerut/ mengendurnya sel tubuh
sehingga porocytataupun osculumbisa menutup dan membuka. (Sri Dwi Astuti,
2000:45)
3. Reproduksi Porifera
Porifera bereproduksi melalui dua cara, yaitu
secara generatif ataupun secara vegetatif. Reproduksi generatif, yaitu dengan
sel-sel kelamin yang dihasilkan oleh sel amoeboid. Porifera termasuk hewan
monoesius atau hermafrodit karena dalam satu tubuh bisa menghasilkan dua sel
kelamin sekaligus.
Reproduksi vegetatif dengan pembentukan tunas
ataupun kuncup. Ketika kuncup atau tunas-tunas tersebut lepas akan tumbuh
menjadi individu baru. Apabila Porifera berada dalam lingkungan yang kering, maka
akan membentuk gemmule atau kuncup dalam yang nantinya juga bisa tumbuh menjadi
individu baru.
4. Klasifikasi Porifera
Berdasarkan bahan penyusun rangka tubuh, Porifera
diklasifikasikan menjadi:
a. Calcarea
Merupakan kelas Porifera yang rangka tubuhnya terdiri
dari spikula yang spongin (dari senyawa protein) tersusun atas zat kapur,
contohnya adalah Grantiadan Scypa.
b. Hexactinellida
Merupakan Porifera yang rangka tubuhnya terdiri
dari spikula, contohnya adalah Eupectella.
c. Demospongia
Merupakan Porifera yang spikulanya berasal dari
campuran zat kapur atau silikat, contohnya adalah Euspongia , Spongilla.
5. Peranan Porifera
Tubuh Porifera yang sudah mati dapat dimanfaatkan
sebagai penggosok ketika mandi ataupun mencuci. Selain itu, dapat juga dimanfaatkan
sebagai hiasan yang ada pada akuarium.
B. Coelenterata
Coelenterata termasuk dalam phylum yang masih
primitif. Hewan
ini disebut juga sebagai hewan
berongga. Coelonartinya rongga dan entero artinya usus. Jadi, hewan ini
menggunakan rongga tubuh yang dimilikinya sebagai tempat pencernaan makanan.
1. Ciri-ciri Coelenterata
a. Tubuh simetri radial.
b. Diploblastik (tubuh terdiri atas dua lapisan jaringan).
c. Memiliki rongga tubuh yang digunakan sebagai usus.
d. Habitat di perairan, baik perairan tawar maupun laut.
e. Pencernaan makanan dengan sistem gastrovaskuler.
f. Memiliki lengan (tentakel) yang dilengkapi dengan sel beracun atau cnidoblast.
g. Memiliki 2 tipe tubuh, yaitu:
1) Tipe polip, yaitu tipe tubuh yang hidupnya tak bebas atau menempel pada
substrat tertentu.
2) Tipe medusa(seperti payung ), yaitu tipe yang dapat hidup bebas karena
memiliki kemampuan untuk berenang.
2. Struktur Tubuh Coelenterata dan Fungsinya
Seperti halnya pada Porifera, tubuh Coelenterata
juga terdiri atas lapisan ektoderm atau lapisan luar dan endoderm atau lapisan
dalam. Antara kedua lapisan tersebut terdapat rongga yang disebut sebagai mesoglea.
Untuk mempertahankan diri terhadap musuhnya, pada lengan atau tentakel memiliki
kemampuan untuk menghasilkan racun. Selain itu, tentakel juga berfungsi untuk
menangkap makanan.
3. Reproduksi Coelenterata
Coelenterata bereproduksi secara generatif
(seksual) maupun vegetatif (aseksual). Reproduksi generatif atau seksual
terjadi dengan peleburan antara sel kelamin jantan (sperma) dan sel telur
(ovum). Reproduksi vegetatif (aseksual) melalui pembentukan tunas. Apabila
tunas pada tubuhnya lepas maka akan tumbuh menjadi individu baru.
4. Klasifikasi Coelenterata
Secara garis besar Coelenterata dibagi menjadi 3
kelas, yaitu Hydrozoa, Scyphozoa, dan Anthozoa.
a. Hydrozoa
Hydra merupakan hewan yang memiliki habitat di
perairan (laut dan tawar). Hewan ini dilengkapi dengan tentakel atau lengan
yang berguna untuk bergerak dan juga sekaligus untuk menangkap mangsa. Pada tentakel
tersebut dilengkapi dengan nematosit, yaitu sel-sel yang dapat menghasilkan
racun untuk melumpuhkan mangsanya. Hydra berkembang biak secara vegetatif
dengan tunas dan generatif dengan peleburan sperma dan ovum. Meskipun termasuk hewan monoesius (hermafrodit), hewan ini tidak
bisa melakukan pembuahan sendiri karena dewasanya sel telur dan sperma yang
dihasilkan tidak bersamaan, sehingga dalam fertilisasi tetap memerlukan
individu yang lain. Contohnya adalah Hydra.
b. Scyphozoa
Bentuk tubuh Scyphozoa menyerupai mangkuk atau
cawan, sehingga sering disebut ubur-ubur mangkuk. Contoh hewan kelas ini adalah
Aurellia aurita, berupa medusa berukuran garis tengah 7 – 10 mm, dengan pinggiran
berlekuk-lekuk 8 buah. Hewan ini banyak terdapat di sepanjang pantai.
c. Anthozoa
Anthozoa merupakan Coelenterata yang memiliki bentuk tubuh menyerupai
bunga. Kelas ini merupakan pembentuk anemon laut atau terumbu karang yang dapat
menambah keindahan pemandangan di laut.
5. Peranan Coelenterata
Dalam kehidupan, peranan Coelenterata antara lain:
a. Dalam perairan berperan sebagai plankton.
b. Penyusun terumbu karang yang ada di lautan.
c. Sebagai hiasan.
C. Plathyhelminthes
Orang sering menyebut phylum cacing ini sebagai cacing pipih.
1. Ciri-ciri Plathyhelminthes
a. Tubuh pipih dan tidak berbuku-buku.
b. Sistem pencernaan dengan gastrovaskuler.
c. Sistem pencernaan tidak sempurna (tidak memiliki anus).
d. Sistem transportasi secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh.
e. Sistem saraf dengan ganglion.
f. Sistem ekskresi menggunakan sel api.
g. Tidak memiliki sistem peredaran darah.
h. Berespirasi secara difusi melalui seluruh permukaan tubuhnya.
2. Struktur Tubuh Plathyhelminthes
Tubuh cacing ini terdiri atas 3 lapisan jaringan,
yaitu ektoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah), dan endoderm (lapisan
dalam) serta tidak memiliki rongga tubuh atau bersifat triploblastik aselomata.
3. Klasifikasi Plathyhelminthes
Plathyhelminthes dikelompokkan menjadi 3 kelas, yaitu:
a. Turbellaria (cacing berbulu getar)
Turbellaria atau cacing berbulu getar merupakan
cacing yang hidup bebas. Contohnya adalah Planaria. Planaria adalah cacing yang
hidup secara bebas di perairan. Cacing ini bisa dijadikan sebagai bioindikator
terhadap kadar pencemaran di suatu perairan. Cacing ini suka hidup di perairan
yang bersih atau belum tercemar.
Planaria memiliki sistem pencernaan yang masih
sederhana. Makanan akan ditangkap melalui tonjolan faring yang berada pada
bagian tengah ventral tubuhnya. Makanan yang sudah ditangkap lalu dimasukkan dalam
usus yang bercabang-cabang untuk dicerna. Hasil pencernaan makanan akan
berdifusi ke seluruh jaringan tubuh, sementara itu sisa pencernaan akan
dikeluarkan lewat mulut. Planaria merupakan cacing yang bersifat karnivora.
Cacing ini memiliki alat pengeluaran atau ekskresi
berupa sel api atau flame cell. Planariabereproduksi secara seksual dengan
peleburan sperma dan ovum. Planariabersifat hermafrodit, namun demikian tidak
pernah ada pembuahan sendiri karena matangnya sperma dan ovum tidak dalam waktu
yang bersamaan. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi atau memotong diri.
Setiap potongan tubuhnya mampu menjadi individu baru. Pada bagian kepala, di
antara stigma (bintik mata) terdapat ganglionyang merupakan pusat saraf.
Ganglion mengalami pemanjangan oleh saraf tepi yang menuju ke arah posterior.
Antara kedua saraf tepi tersebut, akan dihubungkan oleh cabang saraf melintang,
sehingga susunan sarafnya seperti tangga, oleh karena itu sistem saraf pada
Planaria disebut sistem saraf tangga tali.
b. Trematoda (cacing isap)
Anggota cacing ini semuanya bersifat parasit, baik
pada hewan ternak ataupun pada manusia. Tubuh cacing ini dibungkus oleh
kutikula untuk mempertahankan diri.
Contoh Trematoda antara lain:
1) Fasciola hepatica (cacing hati pada ternak)
Cacing ini memiliki panjang 2-6 cm. Habitatnya
adalah di hati ternak. Sama dengan Plathyhelminthesyang lain, cacing ini
memiliki sel api atau flame cellsebagai alat ekskresi, sistem saraf tangga tali
serta memiliki alat pengisap atau suckeryang terdapat pada bagian mulut serta
pada bagian ventral atau perut. Cacing ini bereproduksi secara generatif. Satu
individu bisa menghasilkan 2000-4000 telur. Telur yang sudah dibuahi akan melewati
saluran empedu kemudian ke usus dan akan keluar bersama feses. Cacing ini
memiliki hospes sementara siput air dan hospes tetapnya adalah ternak.
Daur hidup cacing ini dimulai dari telur yang
berada dalam feses keluar ke lingkungan. Telur itu akan menetas menjadi larva
bersilia mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput (sebagai inang antara), lalu
berkembang menjadi sporosista, kemudian menjadi redia, lalu sekaria. Serkaria
keluar dari tubuh siput, lalu menempel pada tanaman, kemudian berkembang
menjadi metaserkaria. Ketika tanaman dimakan ternak, metaserkaria akan menetas
di usus dan dewasa dalam organ hati.
2) Clonorchis sinensis
Clonorchis sinensismerupakan cacing hati yang
parasit pada hati manusia. Cacing ini hospes antaranya adalah ikan air tawar.
Daur hidup cacing ini dimulai dari telur yang keluar bersama feses, kemudian
menetas menjadi sporosista yang akan berkembang menjadi redia. Redia akan berubah
menjadi serkaria yang akan hidup di dalam tubuh ikan air tawar.
Ketika ikan air tawar yang terinfeksi larva cacing
ini tidak dimasak secara sempurna dan dimakan manusia, maka akan masuk menuju
saluran pencernaan dan menuju saluran empedu dan dewasa dalam organ hati. Cacing
ini dapat merusak sel-sel hati dan dapat menyebabkan kematian.
c. Cestoda (cacing pita )
Semua cacing pita tidak memiliki alat pencernaan,
karena sari-sari makanan dapat langsung diserap melalui seluruh permukaan
tubuhnya. Tubuhnya beruas-ruas atau biasa disebut sebagai proglotid,di mana
setiap proglotid mengandung alat reproduksi, ekskresi, dan mampu menyerap sari
makanan dari inangnya. Karena itulah tiap proglotid dapat dianggap sebagai
koloni individu. Contoh dari cacing ini adalah Taenia saginata dan Taenia
solium.
Cacing Taenia solium merupakan cacing parasit yang
dewasa pada manusia dengan hospes antara adalah babi. Berbeda dengan cacing
Taenia saginata, cacing ini pada kepala (skoleks) terdapat alat pengisap dan
kait
dari kitin atau disebut sebagai
rostelum.
Taenia saginatas ecara sepintas mirip dengan Taenia
solium, hanya saja perbedaannya ada pada ukuran tubuhnya yang lebih panjang,
pada kepalanya tidak memiliki rostelum dan hospes antaranya adalah sapi.
Daur hidup cacing Taenia sp yaitu proglotid dewasa
yang telah menghasilkan telur keluar bersama feses, kemudian telur tersebut
akan menetas menjadi onkosfer. Bila larva tersebut tertelan (sapi atau babi)
maka larva tersebut akan berada dalam usus dan berkembang menjadi heksakan.
Larva tersebut kemudian akan menembus dinding usus dan ikut bersama aliran
darah dan masuk ke dalam otot atau daging. Di dalam otot atau daging (sapi atau
babi) tersebut, larva akan berkembang lagi menjadi bentuk gelembung atau
sistiserkus.Ketika seseorang mengonsumsi daging babi atau sapi yang di dalamnya
ada larva tersebut, larva tadi akan ikut masuk ke dalam saluran pencernaan dan akan
menetas menjadi cacing dewasa dalam usus manusia.
D. Nemathelminthes
Cacing ini ada yang hidup bebas dan ada yang
bersifat parasit, baik pada hewan ataupun pada manusia.
1. Ciri-ciri Nemathelminthes
Tubuh tak beruas. Bentuk gilig (bulat panjang).
Alat pencernaan sempurna (sudah memiliki mulut dan anus). Belum punya alat
respirasi (pertukaran gas berlangsung difusi).
2. Struktur Tubuh Nemathelminthes
Hewan ini memiliki susunan triploblastik
pseudoselomata. Tubuhnya terdiri atas 3 lapisan (triploblastik), yaitu lapisan
luar (ektoderm), lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan dalam (endoderm). Pada
lapisan luar tubuhnya dilapisi oleh lapisan lilin atau kutikula. Rongga yang
terdapat pada tubuhnya merupakan rongga semu atau tidak sejati
(pseudoselomata). Cacing ini memiliki simetri tubuh bilateral. Cacing ini
bersifat dioesius, yaitu cacing jantan dan cacing betina.
Nemathelminthes memiliki sistem pencernaan yang
sempurna, saluran pencernaan memanjang dari mulut sampai ke anus. Cacing ini belum
memiliki sistem peredaran darah.
Contoh-contoh cacing Nemathelminthes, antara lain:
a. Ascaris lumbricoides
Untuk membedakan antara cacing jantan dan betina ,
biasanya tubuh cacing jantan berukuran lebih kecil daripada cacing betina dan
bagian posterior cacing jantan bengkok.
Daur hidup cacing ini dimulai dari telur yang
keluar bersama feses. Apabila telur yang telah dibuahi tadi tertelan oleh
manusia, di dalam usus telur tadi akan menetas dan menembus dinding usus, ikut
bersama aliran darah. Larva yang ikut aliran darah akan menuju jantung lalu ke
paruparu dan seterusnya akan ke kerongkongan. Apabila larva yang berada di kerongkongan
tadi tertelan lagi akan tumbuh menjadi cacing dewasa dalam usus halus manusia.
b. Wuchereria bancrofti
Cacing ini dapat menyebabkan penyakit kaki gajah
(filariasis). Penularannya melalui gigitan nyamuk Culex. Cacing ini hidup dalam
saluran limfe (getah bening) yang ada di kaki. Karena pembuluh getah bening
yang ada di kaki tersumbat maka kaki penderita akan membesar seperti kaki gajah
atau elephantiasis.
c. Ancylostoma duodenale
Cacing ini disebut juga sebagai cacing tambang.
Disebut cacing tambang karena pada awalnya hanya ada pada daerah pertambangan. Larva
cacing ini dapat masuk melalui pori-pori kulit kaki. Larva tadi akan ikut
menuju jantung dan dewasa di usus halus manusia. Cacing ini dapat menghasilkan
zat antikoagulan(zat antipembeku darah). Orang yang terkena cacing ini dapat
terkena anemia.
d. Enterobius vermicularis
Cacing ini biasa dikenal juga sebagai cacing kremi,
hidup dalam usus manusia. Ketika cacing ini akan bertelur, mereka bergerak
menuju anus dan bertelur di sana. Pada telur yang ditinggalkan itu juga
terdapat semacam lendir yang menyebabkan rasa gatal pada daerah anus penderita.
Karena rasa gatal tersebut mengakibatkan penderita akan menggaruknya, sehingga
terjadi penularan dengan sendiri atau autoinfeksi.
E. Annelida
Annelida berasal dari kata annulus yang berarti
cincin. Ini sesuai dengan bentuk tubuhnya yang beruas-ruas dan memanjang.
1. Ciri-ciri Annelida
a. Bentuk gilig dan bersegmen.
b. Tiap segmen mengandung alat pengeluaran, reproduksi, saraf.
c. Tiap segmen yang sama disebut metameri.
d. Sistem saraf tangga tali.
e. Sistem sirkulasi terbuka (darah beredar melalui pembuluh darah yangtidak
seluruhnya terhubung).
2. Struktur Tubuh Annelida
Annelida termasuk hewan yang memiliki lapisan tubuh
triploblastik euselomata. Euselomata artinya sudah terdapat selom sejati,
sistem peredaran darahnya berupa sistem sirkulasi terbuka, memiliki sistem
saraf tangga tali. Tubuh hewan ini memiliki segmen dan setiap segmen tersebut (disebut
metameri) memiliki sistem saraf, pencernaan, reproduksi serta memiliki sistem
ekskresi.
3. Klasifikasi Annelida
a. Polychaeta
Polyartinya banyak dan chaeta artinya rambut, jadi
pada tubuh cacing ini banyak sekali dijumpai rambut. Kulitnya dilapisi oleh
kutikula, memiliki sistem saraf tangga tali dengan pusat sarafnya adalah
ganglion. Cacing ini sebagian besar hidup di laut. Contoh spesies cacing ini
adalah Nereis virens, Eunice viridis(cacing wawo), dan Lysidice oele(cacing
palolo). Cacing wawo dan cacing palolo merupakan cacing yang enak dimakan dan memiliki
kandungan protein yang tinggi. Cacing ini banyak dijumpai di wilayah perairan
kepulauan Maluku serta Fiji negara Jepang.
b.Olygochaeta
Cacing ini memiliki chaeta atau rambut yang
jumlahnya sedikit. Cacing ini banyak hidup di darat ataupun perairan tawar.
Bersifat hermafrodit, sehingga di dalam tubuhnya dapat dijumpai ovarium dan testis.
Pada beberapa segmen tubuh cacing ini epidermisnya mengalami penebalan, disebut
klitellum.Pada waktu reproduksi pada bagian klitellum akan mengeluarkan kokon.
Kokon inilah yang nantinya akan menetas menjadi individu baru. Respirasi
dilakukan secara difusi melalui seluruh permukaan tubuhnya. Contoh: cacing
tanah (Pheretima, Lumbricus terrestris).
c. Hirudinea
Cacing ini termasuk cacing pengisap darah. Adapun
yang termasuk dalam
kelas ini adalah bangsa lintah. Contohnya adalah lintah (Hirudo
medicinalis) dan
pacet (Haemadipsa javanica). Lintah biasanya hidup di daerah yang lembap, sebelum
mengisap darah, lintah akan menyuntikkan zat anastesiatau bius ke dalam tubuh
korbannya, sehingga ketika diisap darahnya, korban tidak merasa sakit. Lintah
juga dapat menghasilkan zat antikoagulan (zat anti pembeku darah), yang disebut
hirudin. Adanya zat antikoagulan tersebut menyebabkan darah korban yang diisap
tidak akan membeku. Lintah memiliki dua alat pengisap yang terletak di bagian
anterior dan posterior.
Untuk dapat mencegah agar kita tidak digigit atau
ketika kita sedang digigit adalah dengan memberikan air tembakau atau garam,
dapat pula tubuh diolesi dengan balsem atau minyak kayu putih.
F. Mollusca
1. Ciri-ciri Mollusca
Mollusca berarti hewan yang bertubuh lunak. Sering
kita jumpai hewan ini, baik di darat ataupun perairan. Hewan ini memiliki sifat
kosmopolit, artinya hewan ini terdapat di mana-mana. Hewan ini sebagian besar
dilindungi oleh cangkang meskipun ada juga yang tidak memiliki cangkang.
Mollusca sudah memiliki sistem pencernaan, peredaran darah, respirasi,
ekskresi, reproduksi, dan juga sistem saraf.
2. Klasifikasi
Mollusca dibagi menjadi 5 kelas, yaitu:
a. Amphineura
Saat ini sudah dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu:
1) Aplacophora (tidak bercangkang)
2) Monoplacophora (bercangkang tunggal/satu sisi)
3) Polyplacophora.
Hewan ini memiliki ciri-ciri, yaitu cangkangnya
memiliki susunanyang bertumpuk-tumpuk seperti susunan genting, hidupnya melekat
di dasar perairan. Pada mulutnya dilengkapi dengan lidah parut atau radula.
Contohnya adalah Chiton.
b. Bivalvia
Hewan ini disebut sebagai bivalvia karena tubuhnya
dilindungi oleh cangkangnya yang setangkup, memiliki tubuh simetri bilateral.
Hewan golongan ini bernapas dengan insang yang berlapis-lapis yang berbentuk seperti
lembaran sehingga disebut juga sebagai Lamelibranchiata (lamela= lembaran,
branchia= insang). Dari celah cangkangnya akan keluar kaki yang pipih seperti
mata kapak sehingga hewan ini disebut juga Pelecypoda (pelecy= pipih, podos=
kaki).
Di bagian bawah cangkang terdapat mantel, yang
terdiri atas jaringan khusus yang digunakan untuk membungkus alat-alat dalam,
seperti alat pencernaan, alat reproduksi, insang, saraf ataupun jantung. Sistem
peredaran darahnya terbuka. Di bagian belakang mantel ada sifon yang digunakan
untuk jalan masuk dan keluarnya air. Salah satu contoh hewan yang termasuk
dalam kelas ini adalah Maleagrina margaritivera (kerang mutiara). Cangkang
kerang terdiri atas 3 lapisan, yaitu:
1) Lapisan
periostrakum, merupakan lapisan paling luar dan tersusun atas zat tanduk.
2) Lapisan
prismatik, merupakan lapisan tengah yang tebal, terdiri atas zat kapur.
3) Lapisan nakreas, merupakan lapisan paling dalam
yang tersusun atas zat-zat kapur yang halus. Lapisan ini disebut juga sebagai
lapisan mutiara. Contoh spesies yang lain adalah: Asaphis detlorata(remis), Pecten,
Ostrea(tiram).
c. Gastropoda
Sesuai dengan namanya, gaster artinya perut dan
podos adalah kaki, Gastropoda adalah anggota phylum Mollusca yang menggunakan
perut sebagai kaki atau berjalan dengan menggunakan perutnya. Semua Gastropoda
memiliki cangkang sebagai pelindung kecuali Vaginulae. Contoh spesiesnya adalah
Achatina fulica(bekicot).
Bekicot merupakan hewan hermafrodit, alat
reproduksinya adalah ovotestes. Alat ini mampu menghasilkan ovum dan sperma,
namun dalam fertilisasinya tetap membutuhkan individu lain. Alat pernapasannya
adalah insang untuk yang hidup di perairan dan paru-paru untuk yang hidup di
darat. Memiliki sistem peredaran darah terbuka dan memiliki sistem pencernaan makanan
yang sempurna. Pada mulut terdapat alat-alat, seperti rahang, gigi parut
(radula), dan lidah. Memiliki dua pasang antena, sepasang antena panjang yang
dilengkapi bintik mata untukmembedakan gelap dan terang serta sepasang antena
pendek sebagai indra peraba dan pembau. Contoh-contoh yang lain adalah: Lymnaea(siput),
Melania (sumpil).
d. Schapopoda
Hewan ini hidupnya ada di dasar perairan atau
terpendam dalam pasir atau lumpur. Contoh spesiesnya adalah Dentalium vulgare.
Cangkang hewan ini mirip dengan bentuk gading namun memiliki ujung yang terbuka.
e. Chepalopoda
Hewan- hewan yang tergolong kelas Chepalopodaadalah
hewan yang memiliki kaki yang terdapat di kepala. Chepalartinya kepala dan
podos artinya kaki. Memiliki sistem peredaran darah terbuka. Sistem reproduksi dengan
peleburan antara sperma dan ovum, jadi ada hewan jantan dan betina. Bergerak
dengan menggunakan tentakel atau lengan yang terdapat di kepala. Kecuali pada
Nautilus, Chepalopoda memiliki kantong tinta yang dapat digunakan untuk
mempertahankan diri dari pemangsa. Contoh: Loligo( cumi-cumi), sotong, Octopus
(gurita), Nautilus. Nautilusmempertahankan diri dengan merubah warna kulitnya sesuai
dengan warna tempat lingkungan hewan ini berada.
3. Peranan Mollusca
Dalam kehidupan sehari-hari peranan Mollusca antara
lain sebagai sumber protein hewani (contohnya bekicot dan kerang) dan sebagai
bahan hiasan (contohnya cangkang kerang laut) dan penghasil mutiara. Selain itu,
ada juga yang merugikan, yaitu Teredo navalisyang merusak kayu pada kapal dan
juga sebagai inang antara dari cacing parasit dan juga hama tanaman (contohnya
siput).
G. Arthropoda
Kata Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu
arthrosartinya ruas atau buku atau sendi dan podosartinya kaki. Jadi,
Arthropoda adalah hewan yang kakinya beruas-ruas. Di dunia ini sebagian besar hewan
yang tersebar di atas bumi adalah anggota phylum Arthropoda.
1. Ciri-ciri Arthropoda
Tubuh Arthropoda beruas-ruas, dan terbagi atas
caputatau kepala, thoraxatau dada, dan abdomenatau perut. Memiliki
eksoskeleton(rangka luar) yang tersusun atas zat kitin. Sistem peredaran darah
terbuka, dalam darah tidak mengandung hemoglobin, sehingga darah hanya
berfungsi mengedarkan sari-sari makanan dan oksigen diedarkan melalui sistem trakea.
Arthropoda ada yang bernapas dengan trakea, insang, paru-paru buku, dan difusi
melalui seluruh permukaan tubuh. Alat ekskresi berupa badan malphigi dan
nefridia. Reproduksi secara seksual dengan peleburan gamet jantan (sperma) dan
gamet betina (ovum). Memiliki simetri tubuh bilateral, yaitu apabila dibelah
dari satu sumbu hanya menghasilkan sisi kanan dan sisi kiri
2. Klasifikasi Arthropoda
Klasifikasi Arthrophoda dibagi menjadi beberapa
kelas, yaitu:
a. Crustaceae
Crustaceae berasal dari kata crusta yang berarti
berkulit keras. Tubuh terbagi atas 2 bagian , yaitu sefalotoraks(kepala, dada)
dan abdomen( perut). Tubuh dilindungi oleh eksoskeleton ( karapaks ) yang
tersusun dari zat kitin. Waktu makan udang, bagian inilah yang biasanya
dibuang. Udang memiliki 5 pasang kaki di sefalotoraksdan 5 pasang kaki pada
abdomen, sepasang kaki pertama yang memiliki bentuk seperti capit, disebut
keliped yang digunakan untuk mempertahankan diri dan memegang mangsa. Empat
pasang kaki berikutnya adalah kaki yang digunakan untuk berjalan, disebut juga
pereipoda, 5 pasang kaki yang terletak pada bagian perut digunakan untuk
berenang atau biasa disebut sebagai pleopoda. Habitat di perairan, baik air
tawar ataupun air laut.
Crustaceae merupakan hewan omnivora, makanannya
berupa tumbuhan ataupun hewan-hewan kecil yang ada di perairan. Memiliki sistem
peredaran darah terbuka, jadi darah yang beredar dalam tubuhnya tidak melalui
pembuluh melainkan langsung beredar ke dalam ronggarongga yang ada dalam
tubuhnya. Pada bagian kepala terdapat dua pasang antena. Sepasang antena pendek
dilengkapi dengan stigma atau bintik mata yang berfungsi untuk membedakan
antara gelap dan terang, serta sepasang antena panjang sebagai indra peraba
yang dilengkapi dengan statolityang berfungsi untuk keseimbangan badan waktu
berada di perairan.
b. Myriapoda
Tubuh Myriapodatersusun atas caput (kepala) dan
abdomen (perut) (tak punya dada). Tubuh terdiri dari 10 – 200 ruas dan tiap
ruas terdapat 1 pasang kaki sehingga disebut hewan berkaki seribu. Respirasi
dengan trakea yang bermuara pada spirakelyang ada di bagian sisi kanan dan kiri
sepanjang tubuhnya. Sistem saraf tangga tali dengan sepasang ganglion sebagai
otaknya.
H. Echinodermata
Berasal dari kata Echinosyang berarti duri dan
dermalyang berarti kulit, jadi Echinodermataadalah hewan berkulit duri.
1. Ciri-ciri Echinodermata
Echinodermatamerupakan hewan yang memiliki habitat
di laut, serta tubuhnya memiliki simetri radial. Hewan ini sudah memiliki
sistem pencernaan yang sempurna di mana mulut sebagai jalan masuknya makanan
berada di bagian bawah dan anus sebagai jalan keluarnya sisa pencernaan berada
di sebelah atas. Sistem gerak dengan menggunakan kaki ambulakral, selain itu
kaki juga digunakan untuk menangkap mangsa.
Secara umum Echinodermatamemiliki 5 lengan, hewan
ini memiliki kemampuan autotomi,yaitu kemampuan untuk membentuk kembali organ
tubuhnya yang terputus. Seperti halnya dengan hewan akuatik yang lain,
Echinodermata juga bernapas dengan insang. Sistem saraf berupa cincin saraf
yang mengelilingi mulut, lalu bercabang 5 menuju masing-masing lengan yang dimiliki.
Reproduksi secara generatif, yaitu dengan peleburan antara sperma dan ovum
sehingga akan dihasilkan zigot. Mekanisme gerak melalui sistem kaki ambulakral adalah
sebagai berikut: air masuk melalui madreporitkemudian turun ke saluran cincin
lalu masuk ke dalam saluran radial, setelah itu air masuk ke kaki-kaki tabung,
air disemprotkan sehingga dalam kaki tabung muncul tekanan hidrolik dari air
dan akhirnya kaki tabung menjulur ke luar, akibatnya ampula melekat pada benda
lain sehingga bisa berpindah tempat.
2. Klasifikasi Echinodermata
Phylum Echinodermatadibagi menjadi 5 kelas, yaitu:
a. Asteroidea (bintang laut)
Asteroidea sering disebut sebagai bintang laut,
sesuai dengan namanya itu, hewan ini memiliki bentuk seperti bintang dengan
lima lengan pada tubuhnya. Pada permukaan tubuhnya dilengkapi dengan duri.
Organ tubuh yang dimiliki bercabang kelima buah lengannya. Hewan ini banyak sekali
dijumpai di daerah pantai. Pada permukaan bawah tubuhnya terdapat mulut dan
kaki tabung yang digunakan untuk bergerak. Pada bagian atas atau aboral
terdapat anus dan madreporit yang merupakan saluran penghubung air laut dengan
sistem pembuluh air yang ada dalam tubuh. Contoh: Astropecten irregularis,
Culeitin.
b. Ophiuroidea (bintang ular laut)
Hewan ini disebut juga sebagai bintang ular laut
karena tubuhnya memiliki lima lengan yang apabila digerak-gerakkan menyerupai
gerakan ular. Selain itu, hewan ini tidak memiliki anus sehingga sisa
pencernaannya dikeluarkan lewat mulutnya. Hewan ini biasa hidup di laut yang dalam
ataupun laut dangkal. Banyak dijumpai di balik batu karang ataupun mengubur
dirinya dalam pasir. Hewan ini makanannya adalah udang, kerang, ataupun sampah
dari organisme lain, contohnya adalah Ophioplocus.
c. Crinoidea (lili laut)
Secara sepintas hewan ini sangat mirip dengan
tumbuhan yang hidup di laut. Hidupnya menempel pada substrat yang ada di laut.
Memiliki lima buah lengan dan sering disebut sebagai lili laut. Paling primitif
dibandingkan yang lain dan memiliki bentuk tubuh seperti piala, contohnya
adalah Antedon sp, Holopus sp.
d. Echinoidea
Bentuk tubuh bulat dan diliputi duri yang banyak,
contoh Diadema (bulu babi) danEchinus(landak laut). Mulut terletak di bagian
oral dan dilengkapi dengan 5 buah gigi, sedangkan madreporit, anus, dan lubang kelamin
terletak di bagian aboral.
e. Holothuroidea
Berperan sebagai pembersih di laut karena merupakan
pemakan kotoran dan sisa makhluk hidup yang lain, contohnya Holothuria Sp. (teripang).
Hewan ini memiliki duri yang halus sehingga berbeda dengan Echinodermata yang
lain. Bentuk tubuhnya menyerupai mentimun sehingga disebut juga sebagai
mentimun laut atau teripang. Mulut terletak pada bagian anterior dan anus
terletak pada bagian posterior. Tiga baris kaki di daerah ventral untuk
bergerak dan dua baris di bagian dorsal digunakan untuk bernapas.
I. Chordata
1. Arti Kata Chordata
Chordata berasal dari bahasa Yunani. Chordata
berarti tali. Jadi, Chordata berarti hewan yang mempunyai chorda di bagian
punggung.
2. Ciri-ciri Chordata
Mempunyai chorda dorsalis. Mempunyai celah insang
dan batang saraf dorsal. Bentuk tubuh simetri bilateral. Mempunyai coelom.
Mesoderm merupakan dinding coelom berasal dari entoderm primer, sehingga Chordata
termasuk enterodermata.
3. Klasifikasi Chordata
Berdasar ada tidaknya kranium (tengkorak), Chordata
dibagi menjadi:
a. Acraniata (tidak berkranium)
Acraniata dibagi menjadi 3 subfilum:
1) Hemichordata
Tubuh bagian depan terdapat probocis atau belalai
untuk membuat lubang pada lumpur atau pasir. Di dasar probosis terdapat leher,
mengelilingi coelom, bentuk seperti krah baju.
Badan (trunchus)
berbentuk panjang agak pipih dan terdapat celah
insang. Tubuh
lunak, berbentuk silindris menyerupai cacing.
Tempat hidup di laut.
Chorda dorsalis hanya terdapat pada bagian anterior
tubuh. Contoh:
Balanoglossus, Cephalodiscus sp.
2) Urochordata atau Tunicata
Chorda dorsalis terdapat di dalam ekor pada waktu
larva selanjutnya
chorda dorsalis dan ekor mereduksi. Hidup di laut.
Hewan dewasa
hidup menempel pada suatu tempat, larva dapat
berenang dan hidup
bebas.
Tunicata dibagi menjadi 3 kelas:
a) Ascidiaceae, contoh: Ascidia intertinalis.
b) Thallasea,contoh: Doliolum denticulatum.
c) Larvaceae, contoh: Appendicularia sp.
3) Cephalochordata
Ciri-ciri:
a) Chorda dorsalis ada sepanjang hidup.
b) Bentuk memanjang dari ujung anterior sampai ujung posterior.
c) Pembuluh dorsal berkembang biak, sampai dewasa punya celah faring.
d) Hidup di laut, hidup bebas.
e) Ujung-ujung tubuh meruncing.
f) Tubuh transparan sehingga alat-alat dalam tubuh kelihatan.
g) Pada mulut dilengkapi tentakel halus atau sirri.
h) Sirri terdapat pada suatu membran atau velum yang mengelilingi mulut. Contoh:
Amphioxus.
b. Craniata (berkranium)
Berdasar alat gerak, vertebrata dibagi menjadi 2 kelompok:
1) Pisces, alat gerak berupa sirip, meliputi:
a) Kelas Agnatha
Rangka terdiri atas tulang rawan, sirip tidak berpasangan. Di bagian
ventral tubuh terdapat mulut dan lubang hidung. Celah faring 5 pasang. Jantung
2 ruang: atrium dan ventrikel. Contoh: ikan bermulut bundar (Cyclostomata),
ikan lamprey (Petromyxin Sp.), ikan hag (Polistotrema sp).
b) Kelas Chondrichtyes
Endoskeleton semuanya terdiri dari tulang rawan. Celah faring 5 pasang.
Tidak punya tutup insang. Bagian ventral tubuh terdapat lubang hidung dan
mulut. Jantung terdiri dari 2 ruang, yaitu atrium dan ventrikel. Contoh: ikan
hiu (Squalus sp), ikan cucut macan (Galeocerdoryneri), dan ikan pari.
c) Kelas Osteichthyes
Ikan bertulang sejati. Di kepala terdapat sepasang mata, selaput pendengaran,
celah mulut, lubang hidung, celah insang dan tutup insang. Alat gerak berupa
sirip yang berpasangan, untuk keseimbangan dibantu sirip punggung, untuk kemudi
sirip ekor. Terdapat gurat sisi dan 3 lubang keluar. Tubuh dilindungi kulit tipis,
transparan, banyak kelenjar lendir, tertutup sisik. Contoh: ikan bandeng, ikan
mas, ikan tawas, ikan lele, dan ikan kakap.
2) Tetrapoda, alat gerak berupa kaki yang berjumlah 4 buah, meliputi:
a) Kelas Amphibia
Habitat saat larva di air, saat dewasa di darat. Kulit selalu basah (berlendir).
Tidak bersisik. Anggota gerak 2 pasang untuk berjalan atau berenang. Alat
pernapasan larva dengan insang, saat dewasa dengan paru-paru. Suhu tubuh
poikilotermis. Berkembang biak secara kawin. Fertilisasi eksternal. Ovipar.
Amphibia dapat dibedakan menjadi beberapa ordo:
(1) Apoda (Amphibia tidak berkaki).
(2) Urodella atau Caudata (Amphibia berekor dan berkaki).
Contohnya Salamandra (kelompok Salamander).
(3) Anura (Amphibia tidak berekor). Contoh: katak hijau, katak
bangkong.
b) Kelas Reptilia
Bernapas dengan paru-paru. Kulit kering bersisik. Sisik dari zat tanduk.
Tidak berkelenjar lendir maupun kelenjar keringat. Alat gerak berupa 2 pasang
kaki yang berjari-jari dan berkuku. Suhu tubuh poikiloterm. Berkembang biak
secara kawin. Fertilisasi internal. Ovipar, ovovivipar, maupun vivipar.
Reptilia dibagi menjadi beberapa ordo:
(1) Squamata
Dibagi: (a) Subordo Lacertilia, contoh: cicak,
kadal, dan tokek.
(b) Subordo Ophidia atau Serpentes, contoh: ular kobra, ular derik.
(2) Chelonia (golongan kura-kura)
Contoh: kura-kura, penyu.
(3) Crocodilia atau Loricata
Contoh: buaya
(4) Rhynchochephalia
Contoh: Sphenodon punctatum
c) Kelas Aves
Tubuh ditutupi bulu. Alat gerak bagian depan berupa sayap. Suhu tubuh
homoiterm. Contoh: burung merpati, bangau, pelikan,ayam, dan kasuari.
d) Kelas Mamalia
Tubuh berambut. Punya kelenjar susu. Suhu tubuh
homoiterm Mamalia dibagi menjadi beberapa ordo:
(1) Monotremata,ovipar, mengerami telur dan bila telur menetas anaknya akan
menyusu pada induk. Contoh: Platyphus, Ornithorynchus(cungur bebek).
(2) Marsupialia, hewan berkantong, vivipar. Contoh: kanguru, kuskus.
(3) Chiroptera, tangan sebagai sayap. Contoh: kelelawar.
(4) Insectivora, pemakan serangga, contoh: tikus cucurut (Suncus
marinus).
(5) Pholidota, tubuh bersisik, contoh: trenggiling (Manis
javanicus).
(6) Rodentia, hewan pengerat, contoh: tikus, tupai, dan landak.
(7) Logomorpha,contoh: kelinci.
(8) Cetacea, contoh: ikan paus.
(9) Sirenia, contoh: ikan duyung.
(10)Carnivora, hewan pemakan daging, contoh: harimau
(11)Pinnipedia, contoh: singa laut dan anjing laut.
(12)Proboscidea contoh: gajah India.
(13)Perissodactyla ,contoh: badak, kuda, tapir.
(14)Arthrodactyla, contoh: babi, kambing, sapi, rusa, kerbau.
(15)Dermoptera.
(16)Primata dibedakan
menjadi 2 subordo:
(a) Prosimii dibagi menjadi 3 familia:
- Tupaidae,
contoh tupai
- Lemuridae,
contoh lemur
- Tarsiidae,
contoh tarsius
(b) Arthropoidae dibagi menjadi 3 familia
-
Cercopithecidae, contoh kera babon
- Pongidae, contoh simpanse
-Hominidae, contoh manusia
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penyebab adanya keanekaragaman adalah interaksi antara faktor genetik
dan faktor lingkungan.
2. Keanekaragaman genetik suatu jenis ditentukan oleh keanekaragaman
susunan faktor genetik yang terkandung dalam jenis yang bersangkutan. Contoh:
mangga golek, mangga simanalagi.
3. Keanekaragaman jenis merupakan variasi organisme yang ada di bumi. Contoh:
tumbuhan kelapa, sagu, dan pinang merupakan keanekaragaman jenis dalam familia
Arecaceae.
4. Keanekaragaman ekosistem terbentuk karena adanya interaksi antara jenis
makhluk hidup yang bervariasi dengan lingkungan yang beranekaragam. Contoh:
kelapa tumbuh di daerah pantai akan membentuk ekosistem pantai.
5. Klasifikasi Animalia terbagi menjadi filum porifera, filum colenterata,
filum platyhelmintes, filum nematelminteh, filum anelida, filum mollusca, filum
echinodermata, filum arthopoda, dan filum chordata.
6. Berdasarkan macam/tipe rangka tubuhnya, Porifera dibagimmenjadi 3 kelas,
yaitu, Calcarea, Hexactinellida, danmDemospongia.
7. Coelenterata dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Hydrozoa, Scyphozoa, dan
Anthozoa.
8. Plathyhelminthes dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Turbelaria (cacingmberbulu
getar), Trematoda (cacing hati), dan Cestoda (cacingmpita).
9. Annelida dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Polychaeta atau cacingmberambut
banyak, Oligochaeta atau cacing berambut sedikit dan Hirudinae.
10. Mollusca atau hewan bertubuh lunak dibedakan menjadi 5 kelas, yaitu
Amphineura, Gastropoda atau hewan yang berjalan dengan perut, Scaphopoda,
Bivalvia (hewan yang memiliki sepasang cangkang), dan Cephalopoda (hewan yang
kakinya di kepala).